Ketika Garis Bercabang


  • Kata itu tak bisa kucerna
    Tersangkut di daun telinga
    Aku mampu mendengarnya
    Dengan mudah kata itu hilang
    Sebelum sempat ku berfikirKata itu tak sampai di otakku
    Entah apa yang salah
    Sungguh aku tak mengerti
    Apa arti semua ini
    Lainnya

HITAM


Syirik telah menyebar

Munafik ada dimana-mana

Dosa terindah yang kita tumpuk

Azab pedih adalah kabar gembiranya

  Lainnya

Kumpulan Puisi Korban Lumpur LapindoYang Masih Duduk Di Bangku SD Part 3


Lumpur lapindo

Lumpur bonex mania

Bakri telah didemo orang

Hai bakri

Semua orang jadi takut

Hai babi babi

Ooo salah ternyata bakri

Bukan babi babi

Burung-burung kenapa kamu pergi

Pohon-pohon telah mati

Mayit-mayit juga tenggelam Lumpur Lapindo

Keadilan untuk Munir

Keadilan untuk semua

Nasik tidak suka Lumpur Lapindo karena baunya busuk

Nasik tidak suka Lumpur Lapindo karena jahat

Rumah saya, tempat bermainku sudah tenggelam Lumpur Lapindo

                    Karya: Nasik siswa kelas 5 SD

Lumpur Lapindo

Pada tanggal 29 mei 2006 mulailah bencana lumpur

Warga barat tol terkena Lumpur Lapindo

Dan lumpur itu mengalirlah ke warga timur tol

Lumpur Lapindo mengalir pada saat malam hari

Datanglah seorang pejabat pak presiden

Pak presiden melihat rausan rumah yang terkena lumpur

Pohon-pohon pada mati, sawah dan beberapa hewan

Seperti ayam dan kambing

Sawah rugi besar karena tiidak bias ditanami lagi

Ikan-ikan di sungai pada mati semua

Karena yang mengalir di sungai adalah Lumpur

Bukanlah air yang bersih  dan jernih

                                          Karya: iin siswa kelas 4 SD

Kumpulan Puisi Korban Lumpur LapindoYang Masih Duduk Di Bangku SD Part 1


Berikut ini adalah puisi karya tangan-tangan mungil korban Lumpur Lapindo yang masih duduk di bangku SD. Puisi ini mereka tulis setahun yang lalu dan saya baru teringat ketika membuka binder yang terselip di tumpukan buku dalam kardus.  Ini adalah ungkapan mereka. Suara hati mereka dan jeritan mereka yang mungkin tak terdengar oleh kita. Bahkan mungkin memang sengaja tak didengar oleh para penguasa negri yang “makmur,damai dan sejahtera” ini.

Untaian kata yang meraka tulis ini sejenak membuat saya tersenyum.  Lugu dan marah. Itulah yang saya tangkap. Mereka masih lugu dalam menulis untaian kata tersebut. Dan mereka marah dengan  keadaan yang telah terjadi.

selamat membaca…..

Lumpur Lapindo Yang Kejam

Pada tanggal 29 mei 2006

Datanglah Lumpur Lapindo yang kejam

Pada hari itu dimulailah penderitaan

Dan aku sangat sedih

Lumpur Lapindo ulah manusia

Namanya Pak Bakri Lainnya

Bercak


Bercak di kegelapan malam

Tak kan bisa dilihat

Jika kau masih terbawa

Oleh semilir angin

Lihatlah

Diam di tempat

Dan rasakan

Kini apa yang kau lihat?

Hitam?

Putih?

Merah?

Ataukah hijau?

Previous Older Entries